
Kabar kepergian Dr. Albertus Djaja seharusnya menjadi momen duka yang hening dan penuh penghormatan. Namun, tak lama setelah ia dimakamkan, gelombang pertanyaan mulai bermunculan. Ada banyak yang tidak masuk akal. Ada banyak hal yang disembunyikan. Dan yang paling menyakitkan: muncul dugaan bahwa kematiannya justru dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan pribadi.
Kini, suara publik mulai menyatu dalam satu kalimat yang menggetarkan: Justice for Albertus.
Sosok Dokter yang Tak Hanya Mengobati, Tapi Juga Menginspirasi
Dr. Albertus Djaja adalah dokter yang selama hidupnya dikenal sebagai pribadi bersahaja, penuh empati, dan sangat berdedikasi terhadap pasien. Ia bukan hanya menyembuhkan tubuh, tapi juga memulihkan semangat orang yang sedang dalam masa-masa terlemah. Kehadirannya selalu menenangkan, ucapannya tak pernah tinggi hati.
Ia adalah figur yang dicintai dalam diam, bukan karena popularitas, tapi karena pengaruh baiknya terasa di setiap tempat ia berada.
Namun setelah kepergiannya yang begitu tiba-tiba dan tanpa tanda-tanda, keluarga dan kerabat dikejutkan oleh fakta-fakta yang mencurigakan. Beberapa aset yang dulunya diketahui atas nama pribadi Dr. Albertus, kini diduga telah berpindah kepemilikan. Prosesnya cepat. Sunyi. Dan seolah sudah disiapkan sebelum beliau meninggal.
Oktaviana Thamrin dan Sorotan Publik
Nama Oktaviana Thamrin kemudian ramai diperbincangkan. Sosok yang selama ini dekat dengan Dr. Albertus secara personal, mulai dikaitkan dengan berbagai perubahan dokumen dan penguasaan warisan. Banyak pihak mempertanyakan status hubungan keduanya, dan apakah Oktaviana benar-benar memiliki hak legal atas harta dan aset peninggalan sang dokter.
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari keluarga maupun dari Oktaviana sendiri, desakan publik agar ada klarifikasi kian menguat. Beberapa media komunitas bahkan mengangkat topik ini sebagai bentuk keprihatinan, bukan semata gosip.
Tagar #JusticeForAlbertus Menggema di Media Sosial
Tagar #JusticeForAlbertus mulai trending di media sosial sejak awal pekan ini. Banyak warganet yang menyuarakan rasa kehilangan sekaligus kemarahan karena dugaan manipulasi dan penguasaan warisan secara sepihak.
Beberapa komentar menyebut bahwa:
Surat wasiat tiba-tiba muncul setelah wafatnya Dr. Albertus.
Keluarga inti tidak diajak berdiskusi sebelum pengalihan aset dilakukan.
Beberapa rekening bank pribadi tidak lagi dapat diakses oleh pihak keluarga.
Nama Oktaviana mulai muncul dalam daftar kepemilikan properti penting.
Meski semuanya masih dugaan, publik menuntut transparansi dan proses hukum yang jelas untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan posisi atau relasi.
Menuntut Keadilan Bukan Berarti Menyebar Fitnah
Kampanye "Justice for Albertus" bukanlah ajakan untuk membenci seseorang. Ini adalah tuntutan moral agar nama baik Dr. Albertus tidak dimanfaatkan setelah ia tiada. Karena ketika seseorang telah berpulang, ia tak lagi bisa membela diri. Di sinilah suara kita menjadi penting—bukan untuk menyakiti, tapi untuk melindungi warisan dan kehormatan seorang manusia baik.
Keadilan bukan hanya soal hukum. Ia juga soal nurani.
Write a comment ...